Jangan Hanya Berduit dan Pintar, Memilih Seorang Ketua atau Pemimpin Harus Orang Beretika Baik

Siapapun pasti tidak ingin disebut sebagai orang tidak beretika atau PINTAR TAPI TIDAK BERETIKA. Namun, kekuasaan dan kekuatan di cengkraman diri akan menggoda untuk mempermainkan kekuasaan dan kekuatan sesuai nafsu dan ego diri.


Padahal kekuasaan dan kekuatan itu ada karena titipan dari orang-orang yang percaya pada integritas Ketua atau Pemimpin. Oleh karena itu, Ketua atau Pemimpin tidak boleh lupa untuk menjalani kekuasaan dan kekuatan dengan panduan etika dan moralitas yang tinggi.

Ketua atau Pemimpin yang bijak pasti memiliki kiat untuk menghindari sekaligus mengatasi tabrakan antara KEPENTINGAN PRIBADI dengan etika dan moralitas kehidupan.


Ketua atau Pemimpin yang bijak pasti memiliki hati nurani untuk hidup dalam rumah etika yang tidak melecehkan semua kepercayaan dari para stakeholdersnya. Pemimpin yang bijak tahu bahwa kekuasaan dan kekuatan tidak akan berjalan sempurna tanpa panduan etika dan moralitas kepemimpinan.

Kalau kita buka kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), maka arti Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral.

Dalam konteks tulisan ini saya lebih suka memaknai etika sebagai hak dan kewajiban moral. Judul Jangan Hanya Berduit dan Pintar, Memilih Seorang Ketua atau Pemimpin Harus Orang Beretika Baik.

Kepemimpinan Tanpa Etika Adalah Malapetaka, kalau saya artikan menjadi kepemimpinan tanpa hak dan kewajiban moral adalah pembawa kesengsaraan, ketidakstabilan, dan kehancuran.


Pada intinya saya ingin menyampaikan pesan melalui artikel ini bahwa seorang Ketua atau Pemimpin wajib untuk memimpin dengan berpondasikan etika yang kuat dan santun. Sebab, tanpa etika kepemimpinan, maka pemimpin tidak akan pernah mampu menyentuh hati terdalam dari para pengikut, dan dia juga akan menjadi pemimpin yang gampang untuk diolok – olok oleh lawan dan kawan. Bila lawan, kawan, dan bawahan sudah suka memperolokolokkan Ketua atau Pemimpin, maka malapetaka akan menjadi sahabat kepemimpinan tersebut.

Ketua atau Pemimpin harus bisa memperhitungkan semua tuntutan hak dan kewajiban moral agar mampu untuk memberikan pelayanan kepemimpinan yang efektif. Para stakeholders harus dapat merasakan integritas Ketua atau Pemimpin dalam setiap situasi dan kondisi. Ketua atau Pemimpin beretika harus menjadi simbol keadilan dan kebenaran buat setiap stakeholders.

Dalam bisnis, Ketua atau Pemimpin harus selalu memotivasi semua staf dengan nilai – nilai etika bisnis, agar dalam proses kerja semua kekuatan sumber daya manusia mampu digerakkan berdasarkan hak dan kewajiban moral kerja yang tinggi.

Moral kerja merupakan kunci terpenting dalam membangun disiplin dan tanggung jawab. Setiap staf dan pemimpin yang bekerja tidak hanya harus berlandaskan kualitas kompetensi yang tinggi. Tetapi juga harus dilandasi etika dan moral kerja yang bertanggung jawab. Tanpa etika dan moral, perusahaan akan sulit membangun sistem dan kultur kerja yang bersih dan penuh tanggung jawab.

Kepemimpinan beretika akan memperlihatkan sikap pengabdian mutlak kepada visi, misi, dan nilai – nilai organisasi untuk mampu membawa organisasi mencapai puncak keunggulan, dengan memanfaatkan semua kekuatan potensi organisasi.

Dia seorang Ketua atau Pemimpin yang menjadikan etika sebagai dasar mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber daya manusia, dan meningkatkan nilai dari semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Dia adalah seorang Ketua atau Pemimpin yang menghargai semua kualitas dan kompetensi sumber daya manusia. Dia bukan seorang pemimpin yang menciptakan jarak antara mimpi dan realitas, tetapi dia seorang pemimpin beretika membantu semua mimpi pengikutnya menjadi kenyataan dalam kebahagian.

Kepemimpinan beretika akan selalu meningkatkan interaksi antara dirinya dengan semua orang yang terlibat bersamanya dalam sebuah tugas ataupun pekerjaan. Interaksi menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat bersama sang pemimpin tidak tersingkir oleh jarak komunikasi.

Tetapi semua orang dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab masing – masing dalam etika yang membangun kerjasama dan keyakinan dalam kepercayaan diri yang tinggi.

Pemimpin yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan bakat – bakat hebat yang menjanjikan masadepan cerah. Dia akan mengilhami semua orang dengan motivasi dan keteladanan untuk mampu mencapai keunggulan, dan merangsang semua orang untuk berpikir positif dan bekerja efektif.

Pemimpin beretika akan menjadi pemandu bakat dan potensi yang andal bagi para bawahan. Dia seorang pemimpin yang mementingkan etika sebagai landasan membangun sistem dan kultur kerja organisasi. Dia bukan seorang yang menjadikan sistem dan kultur organisasi untuk kepentingan sempit dirinya, tetapi dia seorang pemimpin yang berperan sebagai penunjuk jalan sukses bagi semua staf yang dipimpinnya.